Jumat, 04 Juni 2010

Tips Ampuh Menata Rumah

Ini cerita teman saya dan istrinya. Maaf, jika saya mengaku-ngaku teman. Padahal beliau adalah seorang pakar di bidang penerbangan. Usianya juga sudah 76 tahun. Namun ingatannya, oke punya!

Ceritanya, setelah pensiun sebagai pegawai negeri, sang teman pindah rumah. Rumah baru mereka di bilangan Menteng, Jakarta. Bukan rumah baru, tapi rumah lama yang baru akan ditinggali mereka. Ah, pokoknya ngertilah.

Rumah baru itu tentu saja belum dibereskan. Karena itu, sebelum pindah, mereka tinggal di Lenteng Agung. Nah, siapa yang bagian beres-beres? Sang istri!

Sebenarnya bukan karena sang teman enggan beres-beres rumah. Namun kata sang istri, suaminya itu "terlalu sempurna". Jika sang teman yang turun ke lapangan untuk beres-beres, dipastikan tak akan "beres-beres". Kurang inilah, bukan begitulah, apapun tak ada yang benar.

"Kalau saya menata rumah, ruangan harus kosong dulu. Dibersihkan dan dicat. Setelah beres, barulah saya menata barang-barang," ujar sang istri. Katanya lagi, awalnya ia cukup membawa satu meja dan satu kursi untuk keperluan perancangannya. Tak perlu banyak barang dulu karena akan menyulitkan penataan.

Rupanya, barang-barangnya sangat banyak. Agak sulit ditata di rumah baru yang lebih kecil dari rumahnya dulu di bilangan Dago, Bandung. Sang istri pun memperluas beranda belakang untuk menampung lemari-lemari buku dan dua set meja makan.

"Tapi di sana ada pohon nangka dan salam yang sudah tua. Usianya mungkin sudah 90 tahun. Pemilik lama wanti-wanti agar tak menebangnya. Jadilah atapnya saya lubangi," ungkap sang istri.

Wah, solusi jitu! Memang begitu seharusnya membangun atau merenovasi rumah yang ramah lingkungan. Pembangunannya harus mengikuti kondisi alam, bukan?

Nah, beres sudah. Rumahnya hangat dengan banyak barang-barang kuno. "Kami jarang sekali membeli barang. Kebanyakan pemberian, atau dibeli waktu dulu," ucap sang teman.

"Bagaimana? Tips dari ibu cukup bagus juga, kan? Tambahkan juga, tips yang paling penting untuk menata rumah adalah hindari dilihat suami sebelum jadi!" sang teman menambahkan.

Setuju?


(dikutip dari : IDEA, Senin, 29 Maret 2010 ditulis : Reni Rohmawati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar